Setiap manusia berhak menjalani kehidupannya
masing-masing. Kita memiliki banyak pilihan yang dapat kita pilih untuk
menjalani hidup. Tidak ada jaminan akan hidup kita. Apakah kita akan hidup
bahagia atau sedih? Kehidupan berputar dan kebaikan hidup akan berpihak dan
datang pada jiwa yang baik. Oleh karena itu, kita diajarkan untuk saling
membantu.
Mungkin dalam kehidupan kita banyak perjuangan yang mesti
kita tempuh. Semuanya kita lakukan dengan saling tolong menolong sesama
manusia, karena pada hakekatnya, manusia itu adalah mahluk sosial. Tujuan akhir
dari kehidupan kita adalah agar kita dapat berguna bagi semua mahluk Tuhan,
yang akan dihisab setelah kita meninggalkan dunia ini.
Seperti itulah makna yang terkandung dalam film terbaru
buatan Indonesia ini. film ini berjudul Malaikat Tanpa Sayap. Film ini
menceritakan perjalanan cinta dua remaja, Vino dan Mura yang kisah cintanya
diancam oleh sesuatu hal yang pasti akan dialami oleh setiap manusia, yaitu
kematian.
Kisah ini bermula dari seorang pria bernama Vino. Vino
yang berasal dari keluarga kaya raya mendadak jatuh miskin. Semenjak itu
hidupnya menjadi gelisah dan dirinya mulai mempertanyakan apa arti hidupnya di
dunia. Vino tidak terlalu dekat dengan keluarganya, apalagi setelah papanya, bangkrut
akibat ditipu rekan bisnisnya hingga mereka pindah dari perumahan elite ke
rumah kontrakan di gang. Mamanya justru kabur dari rumah, bahkan tega
meninggalkan putrinya yang berusia 5 tahun bernama Wina.
Keadaan tambah parah, saat Vino nunggak SPP hingga tiga
bulan. Ia tidak terima saat pihak sekolah memberinya surat peringatan. Karena
selama ini, Amir cukup rajin memberi sumbangan buat yayasan. Ia malah melabrak
Kepala Sekolah, bahkan mengambil keputusan drastis, yaitu keluar dari sekolah.
Suatu ketika Wina terjatuh di kamar mandi dan dari hasil
rontgen Wina diharuskan menjalani operasi, kalau tidak kakinya infeksi dan
harus diamputasi. Wina membutuhkan transfusi darah karena pendarahan. Keadaan
menjadi parah karena golongan darahnya wina termasuk golongan langka yaitu
golongan darah A rhesus negatif. Untungnya Vino golongan darahnya sama dan
akhirnya vino mengajukan diri sebagai pendonor darahnya.
Di lain tempat, ada seorang broker yang bernama Calo sedang
mencari pendonor jantung. Suatu ketika takdir mempertemukan mereka, Calo dengan
Vino. Calo yang sedang mencari pendonor jantung mendengar hal itu menawari Vino
untuk menjadi pendonor jantung karena ada resipien (calon penerima jantung)
yang golongan darahnya sama dengan Vino.
Calo mendekati Vino, ia menawari Vino untuk menjadi
pendonor jantung! Vino amat terkejut. Calo itu beralasan, ada resipien (calon
penerima jantung) yang golongan darahnya sama dengan Vino. Maka Vino adalah
pilihan yang tepat. Vino amat marah dengan Calo. Ia tidak akan menjual
jantungnya pada Calo! Tapi Calo dengan santai, berkata di Jakarta apa yang
tidak bisa dibeli?
Lalu dirumah sakit yang sama, tempat adiknya Vino
menginap. Vino bertemu dengan Mura, gadis cantik yang sedang duduk di ruang
tunggu. Mereka bicara sangat singkat. Bahkan mereka tidak sempat berkenalan,
karena tiba-tiba ada yang memanggil gadis
cantik itu, yaitu ayahnya Mura, Levrand. Mereka tampak dekat satu sama lain. Sangat berbeda dengan Vino yang
hubungannya tidak harmonis dengan kedua orangtuanya.
Amir dan Vino dengan caranya masing-masing berusaha untuk
mendapatkan uang untuk operasi Wina. Tapi keduanya gagal. Vino yang mengalami
jalan buntu mengambil keputusan menerima tawaran Calo untuk menjadi pendonor.
Calo memberinya uang muka cukup besar. Hingga Vino bisa membiayai operasi Wina.
Amir amat terkejut, ia bertanya pada Vino darimana ia mendapatkan uang. Tapi
Vino tidak mau memberitahu. Yang jelas, ia tidak mencuri...
Vino bertemu lagi dengan Mura di rumah sakit yang sama.
Tidak terduga Vino tahu nama Mura, karena ia sempat mendengar Levrand
memanggilnya. Mura tertegun. Vino dengan santai berkata, otak punya kemampuan
menyaring mana yang pantas diingat, mana yang tidak. Seperti sebuah nama.
Namanya. Mura...
Mura ingin menjenguk Wina. Saat menjenguk, Mura berjanji
akan memberi Wina boneka. Karena ia punya boneka banyak. Vino mengaku kalau ia sudah tidak sekolah karena
ia tidak punya biaya. Mura bilang kalau ia homeschooling. Vino meledek, pantes
Mura punya banyak boneka. Karena ia tidak punya teman.
Mura merengut, baginya
hal itu tidak berpengaruh buatnya. Ia bisa punya banyak teman lewat jejaring
sosial. Mura menilai Vino cynical. Vino malah mengajak Mura jalan, untuk membuktikan
kalau ia tidak sesinis perkiraan Mura. Esoknya, Vino mengajak Mura untuk
merasakan interaksi di dunia nyata...Mereka yang masih usia SMU malah
mendatangi kampus dan berlagak mahasiswa di situ...
Sementara itu, diam-diam Amir menjadi supir taksi. Saat
ini, hanya itulah yang bisa ia lakukan. Dengan uang dari Calo, Vino bahkan bisa
mendapatkan rumahnya kembali yang disita Bank. Semua masalah menjadi beres. Dan
Vino merasa mendadak hidupnya berwarna, karena mengenal Mura.
Vino yang awalnya
sempat putus asa hingga bertransaksi dengan Calo, mulai goyah. Ia tidak mau
mendonorkan jantungnya. Kepindahannya dari rumah kontrakan ke rumah lamanya, ia
pikir bisa menghilangkan jejaknya dari Calo. Tapi ternyata, Calo dapat
menemuinya.
Mengetahui bahwa Vino enggan untuk mendonorkan
jantungnya, Calo marah dan mereka berdua bertikai. Padahal ini merupakan
keputusan Vino. Siapa calon penerima jantung Vino itu? Apakah ia sangat berarti
bagi Calo?
Vino beralasan, kalau ia tidak jadi mendonorkan jantung.
Ia akan mengembalikan uangnya pada Calo. Calo memakinya, uang darimana? Calo
minta Vino jangan macam-macam atau Mura akan celaka! Vino kaget karena Calo
tahu soal Mura. Ia tidak terima Calo macam-macam pada Mura! Calo membentaknya,
kalau resipien itu adalah Mura! Vino tertegun, ia tidak percaya C alo
meyakinkan, kalau Mura memang resipien. Tapi Mura dan Levrand tidak tahu kalau
Vino lah calon pendonor...
Vino berada di persimpangan. Ia merasa hidupnya berwarna
setelah bertemu Mura, bahkan ia berniat membatalkan transaksi dengan Calo.
Karena dengan Mura, ia melihat masa depan. Tapi di pihak lain, kalau ia
membatalkan transaksi itu, hidup Mura tidak akan bertahan lama...Vino
dihadapkan pada pilihan, ia yang mati atau Mura...
Ada beberapa kalimat yang menurut saya baik untuk
dijadikan pedoman kehidupan kita. Yaitu
"Kita punya pilihan buat jalanin hidup. Tapi kita nggak punya pilihan, buat mati..."
“Dalam hidup ga ada jaminan untuk terus bahagia … ga ada kepastian buat apapun … setiap orang akan bisa terlempar setiap saat dari kotak kenyamanan”
Semoga dari film Malaikat Tanpa Sayap ini ada pelajaran
hidup yang dapat kita ambil hikmahnya sebagai bekal kita dalam menjalani
kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar